kita punya budget katakan lah Rp300.000 untuk belanja Pulsa sebulan…. Budgeting ini dalam PBJP adalah tahap Perencanaan Pengadaan yang serentak dilakukan pada tahap Penganggaran di Keuangan.
Budgeting ini menjamin ketersediaan belanja, prinsipnya menyiapkan pos bahwa dana tersedia. Saya bold bagian dana tersedia sebagai pengingat di tengah tulisan ya.
Kemudian saat waktu kebutuhan Pulsa tersebut tersedia, bulan sebelumnya kita pernah tahu ada pengurangan biaya dan / atau tambahan biaya, memperhitungkan diskon di e-commerce satu dengan yang lainnya, toko hijau memberikan potongan Rp2.500, toko merah memberikan potongan Rp1000, belanja di e-banking Jx memberikan beban tambahan Rp1.500.
Maka kita tahu bahwa untuk pulsa Rp300.000 :
toko hijau jadinya Rp297.500
toko merah jadinya Rp299.000
bank Jx jadinya Rp301.500
Maka harga wajar nya di rata-rata Rp299.333
fungsi budget adalah memastikan dana tersedia, bukan menghabiskan! Makanya kita perlu memperhitungkan harga pasar yang dalam PBJP kita kenali sebagai Harga Perkiraan Sendiri.
Secara psikologis bila menggunakan dana kita sendiri kita sudah paham bahwa ada titik kewajaran harga saat membeli sebuah komoditas, dalam contoh kasus pulsa diatas anda tidak akan membeli di Bank Jx yang harganya melampaui budget (Rp300.000) maupun melampaui harga perkiraan sendiri (Rp299.333) dari rata-rata harga pasar bulan sebelumnya.
Maka langkah logisnya adalah membeli pada e-commerce di bawah HPS seperti toko hijau atau toko merah, bukan bulat-bulat di habiskan beli di Bank Jx yang melebihi estimasi harga pasar yang berlaku (HPS) dan sekaligus juga melebihi pagu…. Itu yang normal kita lakukan….
Nah semoga dipahami prinsipnya mengapa HPS itu ada (dan berbeda dengan penganggaran walau prosesnya mirip) serta harus disusun dengan mencerminkan harga pasar dengan data / informasi yang dapat dipertanggung jawabkan, bukan sekedar survey dengan tanda tangan basah dan stempel basah tapi harganya ngepas-ngepas pagu.
Demikian