Dulu, sebelum jam kerja dimulai, ASN sibuk menyiapkan surat, dokumen, dan agenda harian.
Sekarang, sebelum kerja dimulai, ritualnya satu: scroll dulu.
Cek WhatsApp, Instagram, status teman di Facebook, TikTok sebentar—katanya buat refreshing. Padahal kadang dari jam 07.45 sampai 09.15 belum juga move on dari scroll itu.
Apakah salah? Tidak juga.
Digitalisasi memang membawa kemudahan, tapi juga jebakan baru.
Sebagai ASN, kita hidup dalam dua dunia: dunia nyata dan dunia layar.
Dan kadang, etika ASN tak lagi cukup hanya dalam bentuk buku atau peraturan—tapi juga dalam bentuk kesadaran pribadi.
ASN zaman sekarang bukan cuma harus taat aturan, tapi juga melek terhadap batas dan tanggung jawab digital.
Contoh-contoh ringan tapi relevan:
- Membuka TikTok saat rapat online, lalu kaget saat namanya dipanggil.
- Bikin konten lucu soal “bos galak”, tapi lupa kalau temannya satu ruangan ikut komen.
- Menyebar informasi yang belum dicek sumbernya, lalu menyalahkan “cuma share dari grup sebelah”.
Etika ASN zaman sekarang itu sederhana tapi krusial:
- Bisa memilah mana ruang publik, mana ruang privat.
- Bisa menahan diri untuk tidak asal komentar.
- Tahu kapan waktunya bekerja, dan kapan waktunya bercanda.
Kita boleh update status, bikin reels, ikut tren. Tapi jangan lupa:
“ASN juga punya badge digital.”
Bukan yang tersemat di dada, tapi yang muncul dari jejak digital kita sendiri.
Karena hari ini, integritas itu bukan cuma soal laporan keuangan atau absensi, tapi juga soal timeline dan histori browser.