Kalau motivasi menjadi ASN itu cuma mau pekerjaan santai dengan kepastian penghasilan di hari tua, mungkin perlu dipikir lagi motivasi nya, karena KemenpanRB sudah mentransformasi ASN menjadi hal yang berbeda dengan apa yang sudah dialami kebanyakan ASN yang sudah ada
Jenjang karir ASN mulai saat ini sudah berbasis sistem merit sebagaimana diamanatkanUU ASN 2014 silam, ASN generasi saya hingga yang terbaru disibukan dengan bekerja sambil belajar, belajar dan ujian kompetensi itu bukan lagi ramah ASN yang pejabat struktural semata ya….
Tahun ini saya sudah merasakan menjadi coach di jafung PPBJ, apa sih tugas coach itu? di Jenjang JF Pertama saya melaksanakan tugas seperti Widyaiswara yang menyampaikan materi hingga penyusunan laporan On Job Training dan kegiatan evaluasi (semacam sidang), untuk jenjang pertama ini diikuti oleh JF PPBJ hasil CPNS 2020 dan susunan langkahnya serupa dengan diklat PKP/Pim IV, kenapa saya bilang serupa?
Serupa karena tidak sama, kalau di PKP/Pim IV dari perspektif saya sebagai peserta kita dihadapkan dengan kompetensi sebagai pejabat struktural eselon IV sesuai tugas jabatan, sedangkan bagi JF PPBJ yang diklat penjenjangan pertama ini level kompetensi yang menjadi content nya adalah kompetensi level 2 untuk JF PPBJ
Bedanya di konten saja, tapi aktivitasnya serupa, ada kelas, kemudian dari tiap jenis kompetensi yang jumlahnya ada 4 JK itu, peserta memilih obyek kerja sesuai level dan mengerjakan laporan sebagai coachee dipandu mentor dan di arahkan coach….. setelah beberapa bulan kemudian di evaluasi….
Proses nya panjang dan melelahkan karena dilakukan sambil kerja di satker masing-masing dengan demikian beban kerja nya double, pekerjaan dan pelatihan….
Kalau ngga melakukan ini gimana? Ngga bisa naik jenjang, dampak nya apa? Yang jenjang Pertama bakal mentok pangkat dan golongannya di III/b, yang jenjang Muda bakal mentok pangkat dan golongannya di III/d, yang jenjang Madya bakal mentok pangkat dan golongannya di IV/b (ngga ada ceritanya jadi PNS itu otomatis naik pangkat 4 tahun sekali)
Kok rumit ya jadi ASN? Emang rumit….. netizen maha benar aja yang hobi mencibir dan julid kalau ASN itu kerjaannya santai, saat menjadi ASN belum tentu juga bisa menjalani nya….
Tapi saya masih lihat ada ASN yang santai-santai tuh???? Itu anda lihat nya pas dia lagi ngambil nafas setelah menghadapi kerjaan seabreg….. bisa jadi demikian…. Tapi saya ngga pungkiri ada yang memang ASN sisa-sisa jaman dulu atau belum terbina, untuk yang model ini ya memang belum kena batunya aja….
Kok bisa belum kena batunya?
Kompetensi ASN yang dilatih di era baru ini selain skill teknis juga melatih soft skill, ada area manajerial dan sosiokultural, hal ini akan terlihat saat menghadapi situasi yang ada penyimpangan konkrit….. karena lebih ke soft skill, maka dampaknya signifikan….
Kenapa signifikan? Lihat saja di beberapa Satker, ada yang karena masalah sepele, seharusnya bisa selesai dengan cara baik, eeeehhhh penyelesaian masalah nya malah pakai gaya feodal kolonial petentang-petenteng sok kuasa, ketika kondisi ini terjadi, masyarakat dan jajaran generasi baru ya punya cara sendiri untuk melawan….
Akhirnya viral, dan jadi nya ya muncul masalah baru yang sifat nya noise, noise nya perlu waktu banyak untuk penyelesaiannya….. kalau permasalahannya berakar dengan adanya keputusan yang salah secara normatif akhirnya jadi dikenakan pelanggaran dan bahkan termasuk perbuatan melawan hukum…..
Jadi???? Saat ini selain pangkat dan golongan, kompeten juga penting, itu esensi merit system, kalau ngga punya bekal itu semua ya bisa jadi kena batunya…. Kena batu nya ini ngga harus soal jadi viral doang, termasuk kinerja yang ngga tercapai juga….
Soal kinerja ngga tercapai ini juga fatal, karena sektor publik, kegagalan capaian kinerja akan berdampak ke anak cucu sendiri….
Oleh karena itu, kalau mau jadi ASN cuma untuk sekedar santai, mungkin perlu kalibrasi tujuan hidup….. di Negara Maju seperti Jepang, menjadi ASN itu niat utamanya selain memiliki pekerjaan dengan jaminan kesejahteraan yang baik, para anak muda Jepang lulusan universitas ternama juga memiliki niat untuk pengabdian dan membuat dunia menjadi lebih baik bagi banyak orang, sebagai bushido mereka siap mati dan merobek perut sendiri ketika gagal bertugas akibat dari tidak cukupnya kompetensi dan latihan yang mereka lakoni.