Tahukah anda terkait empat keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis)?
Keterampilan sebagaimana di dalam KBBI disebutkan kecakapan dalam menyelesaikan tugas, sehingga pada artikel ini disebutkan sebagai keterampilan berbahasa, maka cakupan artikel ini berada pada menjelaskan kecakapan dalam menyelesaikan tugas untuk berbahasa yang meliputi kecakapan menyimak, kecakapan berbicara, kecakapan membaca, dan kecakapan menulis.
Pertama, kecakapan menyimak atau mendengarkan merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang menurut Soedjiatno terdiri atas tataran identifikasi, tataran identifikasi dan seleksi tanpa retensi, tataran identifikasi dengan seleksi terpimpin dan retensi jangka pendek, dan tataran identifikasi dengan seleksi retensi jangka panjang.
Tataran Identifikasi atau dikenal sebagai tahap pengenalan adalah keterampilan berbahasa untuk mengenali berbagai jenis bunyi suatu bahasa, kata-kata, frase-frase, kalimat dalam hubungan balik antarstruktur, baik atas pertimbangan waktu, modifikasi, bahkan juga logika.
Contoh : Ketika tidak sengaja mendengarkan sebuah lagu yang baru pertamakali didengarkan sang pendengar mengenali lirik tersebut dinyanyikan dengan bahasa Indonesia saat mendengarkan kalimatnya dan mengenali kata-kata termasuk hingga mengenali fonem atas lirik lagi tersebut sebagai sebuah kalimat utuh maka pendengar tadi telah melakukan identifikasi
Pelaksanaan contoh diatas tanpa terjadi mengingat lirik lagu tersebut maka hal ini disebut tataran identifikasi tanpa retensi dimana tataran identifikasi tanpa retensi adalah tataran dimana penyimak diharapkan memperoleh kemampuan mengenal dan memahami sesuatu unit kontinum bunyi atau ujaran teteapi belum dituntut adanya kemampuan retensi (kemampuan mencamkan, menyumpan, dan memproduksikan) hasil pemahaman tersebut.
Contoh lain dalam tataran identifikasi tanpa retensi adalah saat seseorang tidak sengaja mendengarkan dua orang yang sedang berbincang yang duduk di dekat kita dengan bahasa Indonesia, pendengar mengenali bahwa perbincangan yang dilakukan menggunakan bahasa Indonesia, namun karena tidak disengaja untuk mendengarkan perbincangan tersebut / penyimakan hanya terjadi tanpa disengaja, maka tidak terjadi retensi atau upaya untuk mengingat perbincangan tersebut, sehingga orang tersebut tidak memiliki kemampuan untuk mengingat/menyimpan dan mereproduksi kembali hasil perbincangan tersebut. Selanjutnya apabila hasil pembelajaran tersebut dapat diingat dalam jangka waktu yang panjang secara mandiri maka sang murid sudah berhasil melakukan tataran identifikasi seleksi dan retensi jangka panjang.
Contoh lainnya apabila terdapat upaya untuk mengingat hasil penyimakan yang dilaksanakan oleh orang lain agar sang penyimak dapat mengingat hasil penyimakan tersebut (secara terpimpin) maka penyimakan ini merupakan penyimakan dengan Tataran identifikasi dengan seleksi terpimpin dan retensi jangka pendek, sebagai contoh ketika pendengar yang merupakan seorang murid dari seorang guru Bahasa Indonesia sedang mengajarkan untuk menghafal peribahasa, ketika sang murid mendengarkan kemudian sang guru menginstruksikan murid tersebut untuk mengulangi peribahasa tersebut dengan makna nya, dan murid tersebut berhasil mengulangi peribahasa dan makna tersebut dengan panduan dari guru, maka murid tersebut berhasil melakukan tataran identifikasi dengan seleksi terpimpin dan retensi jangka pendek. Jika setelah jangka waktu yang cukup lama misalnya 2-3 tahun kemudian sang murid masih dapat mengingat peribahasa tersebut dan menuangkannya dalam keterampilan berbahasa lainnya maka sang murid telah menyimak dengan tataran identifikasi seleksi dan retensi jangka panjang.
Tahapan menyimak terdiri atas tahapan mendengarkan, memahami, intepretasi, dan evaluasi, dan hal ini memberi manfaat sebagai berikut :
- memperlancar komunikasi
- memperoleh informasi untuk menambah wawasan dan pengalaman tentang kehidupan
- sebagai dasar belajar bahasa
Menyimak sebagai dasar belajar bahasa mendukung proses berbicara, terutama bila melihat hakikat bahasa itu sendiri dari sisi sifat bahasa, dimana bahasa itu manusiawi sebagaimana tertera di beberapa literatur terkait Bahasa dan Sastra Indonesia, dimana bila melihat manusia sejak lahir memiliki potensi bahasa maka dalam tumbuh kembang yang melibatkan kapasitas otak, seorang anak manusia dari sisi bahasanya akan mempelajari cara berkomunikasi dengan menyimak maka manusia mempelajari bahwa manusia mengupayakan mengeluarkan bunyi yang berbeda dan ketika bunyi tersebut memiliki makna sebagaimana hasil proses menyimak maka hasil pembelajaran ini menjadi proses pembelajaran bahasa dan mendukung serta menghasilkan proses berbicara. Hal ini terkait dengan kemampuan berbicara, apa itu berbicara? berbicara adalah merupakan proses penuangan gagasan dalam bentuk ujaran. Lebih lanjut berbicara adalah proses perubahan wujud pikiran/perasaan menjadi wujud ujaran.
Selanjutnya menyimak sebagai dasar belajar bahasa mendukung proses berbicara dan sekaligus proses membaca, dimana definisi membaca adalah sebagai berikut :
- membaca merupakan proses pengubahan lambang visual (katon) menjadi lambang bunyi (audotoris). Pengertian ini menyiratkan makna membaca yang paling dasar yang terjadi pada kegiatan membaca permulaan. Pada tahap ini kegiatan membaca lebih ditujukan pada pengenalan lambang-lambang bunyi yang belum menekankan aspek makna/informasi. Sasarannya adalah melek huruf.
- Membaca merupakan suatu proses decoding, yakin mengubah kode-kode atau lambang-lambang verbal yang berupa rangkaian huruf huruf menjadi bunyi-bunyi bahasa yang dapat dipahami. Lambang-lambang verbal itu mengusung sejumlah informasi. Proses pengubahan lambang menjadi bunyi berarti itu disebut proses decoding (pembacaan sandi).
- Membaca merupakan proses merekonstruksi makna dari bahan-bahan cetak.
- Membaca merupakan suatu proses rekonstruksi makna melalui interaksi yang dinamis antara pengetahuan siap pembaca, informasi yang tersaji dalam bahasa tulis, dan konteks bacaan.
Setelah memiliki kemampuan untuk menyimak, berbicara, dan membaca secara lengkap maka sesorang dapat dengan matang menmformulasikan ide/gagasan untuk menghasilkan sesuatu, “hasil” ini dikombinasikan dengan keterampilan bahasa yang sudah disebutkan sebelumnya dengan bentuk lain yang berbeda dengan “berbicara” disebut dengan menulis, menulis adalah kebalikan proses dari membaca, bila pada membaca seseorang melakukan proses decoding atau merekonstruksi makna dari bahan-bahan cetak, maka menulis merupakan proses encoding atau menerapkan makna dari hasil keterampilan berbahasa lainnya kedalam bahan-bahan cetak, pada beberapa literatur terkait bahasa dan sastra Indonesia disebutkan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan menurunkan atau melukiskan lambang lambang grafis dari suatu bahas yang disampaikan kepada orang lain sehingga orang lain dapat membaca dan memahami lambang lambang grafis tersebut sebagaimana yang dimaksudkan oleh si penyampainya.
Bagaimana keterkaitan antara keterampilan bahasa lisan dan tertulis
Sehingga keterkaitan atas keterampilan berbahasa tersebut, mulai dari menyimak, membaca, menulis, dan berbicara memiliki keterkaitan, untuk menjawab “Bagaimana keterkaitan antara keterampilan bahasa lisan dan tertulis?” bahwa terjadi hubungan saling menguatkan antara tiap-tiap keterampilan berbahasa dengan keterampilan bahasa lisan, seseorang akan memiliki kemampuan bahasa yang semakin kuat baik terkait lisan maupun tulisan apabila memiliki keterampilan berbahasa menyimak, berbicara, membaca, dan menulis yang semakin kuat. Pada proses membaca digunakan keterampilan berbahasa dimana salah satunya adalah menyimak atau lebih spesifiknya menyimak bacaan, dengan memiliki kemampuan membaca yang baik maka seseorang akan dapat mengolah informasi dengan lebih baik, hal ini berakibat apabila informasi tersebut berhasil diretensi dalam jangka waktu baik itu pendek maupun panjang dan menghasilkan produk pemanfaatan keterampilan lisan atau berbicara maupun menghasilkan produk pemanfaatan keterampilan tulisan atau menulis, maka terlihat jelas bahwa keterampilan lisan maupun tertulis menerima manfaat dari keterampilan membaca dan termasuk pula manfaat dari keterampilan menyimak bacaan, hubungan ini juga berlaku setara untuk keterampilan menyimak bacaan.
Menyimak bacaan baik itu tulisan sederhana ataupun tulisan dengan kategori bacaan karya ilmiah dan karya ilmiah populer membutuhkan kemampuan untuk dapat melek huruf dan melek wacana untuk selanjutnya dapat mengolah informasi, tentu saja informasi ini merupakan hasil dari proses penggunaan keterampilan bahasa untuk menangkap makna dari apa yang diperoleh dengan keterampilan berbahasa. Tanpa kemampuan menyimak yang baik, maka keterampilan berbahasa lainnya akan menjadi sekedar sebuah aksi terampil saja dikarenakan kemampuan menyampaikan makna baik secara lisan maupun tertulis tidak dapat menjadi sebuah keluaran (baik berupa ucapan maupun tulisan) yang akan mengandung makna selaras dengan makna yang harusnya diterima dengan baik apabila makna yang diterima tidak disokong oleh kemampuan menyimak yang baik.
Sebagai contoh, pada sebuah kegiatan pelatihan proses pengiriman barang, seseorang ditugaskan untuk mengikuti pelatihan tersebut untuk memahami proses pengiriman barang yang baik. Namun selama proses pelatihan orang tersebut tidak menyimak dengan baik, sehingga yang bersangkutan menjadi bingung saat diperintahkan untuk menjabarkan hasil pelatihannya secara lisan maupun tertulis, walaupun orang tersebut sudah memiliki kemampuan untuk berbicara maupun menulis.
Referensi :
Pramuki, B. Esti, dkk. 2015. Bahasa Indonesia. Tangerang: Universitas Terbuka.Rahardi, R. Kunjana. 2009.
Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Erlangga.