Reformasi Birokrasi merupakan proses perbaikan berkelanjutan, birokrasi dari berbagai perspektif sebenarnya berbicara sebuah cakupan yang lebih besar, namun memang tidak dapat dipungkiri bahwa birokrasi lekat dengan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang didalamnya adalah PNS dan PPPK.
Ketika diundangkannya UU ASN tahun 2014 silam, saya yang masih baru 3 tahun menjadi ASN memiliki harapan besar akan perubahan sistim yang sudah ada, namun hingga hari ini implementasi UU tersebut masih memerlukan pergerakan dan tahapan-tahapan yang perlu lebih “ngegas” lagi.
Berbicara reformasi maupun birokrasi itu sendiri, birokrasi sebagai sesuatu yang berbelit-belit dengan birokrat didalamnya seringkali dianggap sebagai biang permasalahan, dalam hal ini birokrat didominasi oleh PNS yang merupakan bagian dari ASN. Apakah benar reformasi birokrasi jalan ditempat?
Menurut saya jawabannya jelas, reformasi birokrat telah mengalami perubahan, birokrat saat ini apabila dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya jelas lebih baik. Namun mengapa anggapan birokrat sebagai sumber masalah belum tergerus?
Pertama-tama, organisasi tempat Birokrat bekerja, yaitu Pemerintah merupakan organisasi Raksasa di Republik ini. Mengapa kok disebut raksasa?
Scope organisasi yang luar biasa besar, di Pemerintah Pusat ada berapa banyak Kementerian? ada berapa banyak Lembaga? dalam Kementerian/Lembaga tersebut ada berapa banyak Satuan Kerja? di dalam Satuan Kerja ada berapa banyak Unit Kerja? satu unit kerja ada berapa orang birokrat?
Demikian juga di Pemerintah Daerah, ada berapa banyak Pemerintah Daerah itu sendiri? Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, dan Pemerintah Kota. Masing-masing Pemerintah Daerah ada berapa banyak Perangkat Daerah dengan berbagai Unit Kerja yang satu unit kerjanya ada puluhan birokrat.
Dengan demikian wajarlah sebagai organisasi raksasa membutuhkan banyak hal untuk berubah dan menghasilkan reformasi yang langsung dirasakan secara seketika, ketika hal ini diutamakan dan mengabaikan yang lain rasanya 1 tahun APBN mungkin tidak akan cukup, dengan demikian progres perbaikan berkelanjutan dilakukan secara bertahap dengan berpedoman pada sebuah gambaran besar, tidak mungkin cuma berfokus pada aparatur di negara besar ini bukan?
Sebagai sebuah organisasi raksasa dengan jumlah ASN yang besar, maka saat ini memang masih bergerak menuju upaya perbaikan atas capaian kinerja organisasi, hal ini bila dibreakdown kecil-kecil masih belum dapat diterapkan secara seragam, perlu dilakukan pendekatan berbeda beda berdasarkan organisasi masing-masing, beberapa hal yang diperlukan dan umum digunakan sesuai dengan kondisi saat ini adalah pencatatan kinerja.
Pencatatan Kinerja merupakan upaya pengendalian untuk menghasilkan birokrat sebagai mesin pembangunan, dengan demikian saat ini hadir berbagai aplikasi untuk memonitoring pekerjaan secara sistimatis dan menyita waktu cukup banyak untuk menginput, mengapa hal ini bisa terjadi?
Sebagai sebuah organisasi raksasa dengan berbagai macam pemikiran tiap individu maupun sebagai organisasi, tiap-tiap unsur manusia didalamnya memiliki berbagai macam pemikiran, upaya untuk menghindari kewajiban masih menjadi masalah sehingga pendekatan yang digunakan adalah melakukan pencatatan kinerja harian alih-alih mengutamakan capaian.
Padahal sistem yang ada dan regulasi yang berlaku sebenarnya sudah mengatur capaian organisasi sebagai sebuah tujuan, namun untuk mencapai hal ini dan membentuk budaya kerja yang baik ternyata memang tidak mudah dan rumit, sehingga diambilah pendekatan yang paling umum untuk digunakan yaitu berfokus pada pencatatan pekerjaan sehari-hari.
Itupun bila berkaca ideal, seharusnya pencatatan pekerjaan sehari-hari dilakukan evaluasi secara berkala atas capaian kinerja individu dan pengaruhnya pada kinerja organisasi secara keseluruhan, secara logika dan regulasi hal ini seharusnya memang dapat dilakukan, namun pelaksanaannya memang tidak semudah itu, tidak mudah karena banyak hal yang berkaitan dengan hal yang bersifat non teknis walau terkadang juga bersifat teknis.
Dengan demikian pendekatan yang diambil untuk mengukur kinerja ASN secara individu memang baru bisa dilakukan saat ini dengan basis saat ini dilakukan pencatatan kinerja menggunakan aplikasi yang sifatnya untuk memberikan pencatatan saja atas apa yang telah dilakukan.
Padahal regulasi sudah berbicara demikian majunya, namun implementasi di pelaksanaan masih berkutat pada hal yang sebenarnya sudah otomatis dijalankan tiap individu ASN.
Dengan demikian memang tidak mudah menghadirkan reformasi birokrasi, sulit, rumit, dan penuh tantangan, tapi bukan berarti juga reformasi birokrasi gagal, mari kita lihat saat ini sudah banyak Pemerintah yang pelayanan birokrasi nya luar biasa, sedikit demi sedikit hasil dari reformasi birokrasi mulai terasa, walau memang sebagian besar dari ASN lebih fokus pada catatan kinerja yang dilakukan setiap harinya, namun perlu kita sadari bersama bahwa hal ini memang tidak cukup, namun dalam tahap pengembangan aparatur hal ini masih pelan-pelan dilaksanakan.
Jadi jangan dikiran reformasi Birokrasi ini cuma sebatas menghadirkan aplikasi untuk mencatat kinerja semata, ada kaitannya dengan bentuk lain untuk melakukan optimasi birokrasi.
Jadi bukan berarti reformasi birokrasi hanya jargon dan slogan semata dari nama sebuah Kementerian, untuk mencapai Birokrasi Organisasi dan Birokrat unggul secara individual maupun tim bukanlah pekerjaan mudah, mari tetap semangat, tetap bertumbuh, dan tetap tangguh.