Tidak perlu anti dengan kritik…. Sebising apapun!
Coba lihat pertandingan olahraga, kalau tidak penonton di stadion yang memaki-maki, apakah rame? Penonton selain mendukung, juga niatannya berkomentar, dan ribut….
Buat yang nonton di rumah melalui TV, tenang… ada fitur yang tidak dimiliki oleh mereka yang nonton di Gelanggang Olahraga secara langsung… yaitu keberadaan komentator….
Terlihat profesional, pakai jas, narasi nya asik…. Ujaran selama acara ini menimbulkan sensasi dan mengaduk emosi….
Kita yang nonton di rumah pun juga tidak jauh berbeda dengan yang nonton di GOR…. Komentar kita bahkan bukan berbentuk kritik, makian umpatan dan isi kebun fauna bisa hadir…..
Padahal atlit atlitnya, disiplin luar biasa, makan aja dijaga, latihan menjadi seperti saat ini itu merupakan pola hidup yang nggak umum…. Nah mereka mereka ini yang dapat pujian lebih sedikit dari makian….
Demikian juga di Negara kita, khususnya yang memang melakukan Pembangunan….
Yang memberikan kritik, yang memaki-maki, yang memberikan solusi itu belum tentu pendidikannya sama, apalagi Sertifikasi PeBeJe Tk. Dasar, mana mereka paham…. Tapi sebagaimana laga tanding di olahraga, ya pembangunan itu akan hampa tanpa ada kritik, tanpa ada feedback, dan bahkan tanpa makian…..
Jadi kritik, feedback, dan makian itu memang perlu….
Ada yang pernah berujar, kritik boleh, tapi berikan solusi….
Yang ngomong itu adalah pelaksana yang udah burn out kelelahan…. Tidak salah dia berujar begitu….
Tapi pemberi kritik, feedback, dan makian pada Pemerintah boleh saja kok melakukan hal itu tanpa adanya kewajiban mencari solusi….
Terus yang mencari solusi siapa dong?
Lihat saja kembali analogi pertandingan olahraga…. Yang berusaha untuk menang itu bukan penonton dan komentator, tapi atlitnya….
Jadi yang mencari solusi di Pembangunan itu bukan kritikus…..
Gimana supaya Pemerintah / Pemerintah Daerah bisa lebih baik? Ya konsumsi lah Kritik, masukan, dan bahkan makian untuk melakukan perbaikan berkelanjutan…..
Mudah?
Ya jelas enggak lah…. Lebih mudah jadi penonton dan komentator, makanya nggak semua orang jadi atlit.
Demikian juga bagi ASN di K/L/PD, ya nggak mudah…. Rajin pun masih kena cap malas, kerja sampai subuh pun masih dibilang tidak berguna, dan dimaki-maki pun ya hal biasa….
Satu hal yang sama antara ASN dan Atlit, banyak yang mendambakan, kalau atlit di bidang olahraga selain merchandise nya dibeli oleh fans nya yang kadang juga jadi kritikus, komentator, dan pemaki, kalau di ASN ya setiap ada seleksi CPNS dan/atau CPPPK pendaftarnya membludak….
Ya sama…. Semua bisa berkomentar, tapi menjadi salah satunya? Belum tentu semuanya bisa….
Ini nggak adil, kalau banjir Pemerintah yang dimaki, padahal yang buang sampah ke sungai ya mereka para komentator itu juga….
Hush, ngga ada yang buang sampah di sungai maupun saluran air, mereka itu orang nya tertib, buang puntung rokok pun mereka ngga pernah sembarangan!!!! Kalaupun terjadi mereka juga buang nya bukan ke saluran air….!!!! Cam kan itu….!!!!
Tapi kan air mengalir sampai jauh…. Eh… maksudnya puntung itu kan akan terbawa hujan masuk ke saluran juga, kalau semua gitu ya akan mampet juga, belum lagi sampah lain….
Sudahlah…. Anda yang cari solusi…. Kami yang berkomentar dan mengkritik ini ngga perlu tau soal teknis gituan….
Ya tapi nggak adil…. Nggak adil hidup ini….
Ya siapa suruh jadi ASN…. Sana kerja lagi, di tunggu solusinya, saya mau nyeruput kopi dulu….
Poin tulisan saya, ya memang nasibmu para atlit dan abdi negara…. 🤣
Makanya kita perlu kerja cerdas dan optimalisasi, ASN perlu optimalisasi dan memahami regulasi dan teknis…. Dan bukan juga sibuk berdebat di forum terbuka…. Mana ada kan atlit yang membahas dan bikin penjelasan panjang lebar upaya yang dilakukan secara utuh? Ngga ada kesempatan untuk itu, waktunya ngga ada…. Waktu adalah kemewahan, jadi manfaatkan kemewahan tersebut untuk bekerja dan menghadirkan solusi.
pengkritisi sudah wajar dalam memberi kritik terhadap Pemerintah, dan Kritik itu bisa saja merupakan kritik yang tidak konstruktif tanpa solusi ataupun kritik konstruktif dengan solusi, sah-sah saja.
Tetap semangat, tetap sehat, tetap berintegritas.