Prinsip Keuangan Pribadi itu kita perlu 5 pos, tiap pos tersebut adalah :
Needs (kebutuhan)
Debts (Hutang)
Savings (Simpanan)
Wants (Keinginan)
Investments (Investasi)
Persentase nya tiap orang bisa berbeda-beda tiap pos, hal ini bergantung dengan tujuan finansial, kemampuan, selera, dan toleransi risiko tiap orang.
Intinya bergantung dengan tujuan finansial tiap orang.
Tujuan Finansial tiap orang tidak sama…. Karena itu strategi alokasinya bisa berbeda-beda. Kalau saya lebih suka mengokohkan fondasi, dengan demikian setelah saya memiliki sekian bulan kemampuan bulanan untuk Kebutuhan (Wants), maka saya menyiapkan pos lainnya, saya biasanya memprioritaskan kemampuan keuangan saya setara 7x pengeluaran bulanan, sehingga kalau saya menuju hal ini strategi alokasi urutannya ketika menuju tahap ini :
1. Needs (70%)
2. Debts (10%)
3. Wants (5%)
4. Savings (12,5%)
5. Investments (2,5%)
Ketika Needs sudah tercapai, saya biasa nya shifting ke :
1. Debts (25%)
2. Needs (15%)
3. Wants (20%)
4. Savings (10%)
5. Investments (30%)
Debts ini diartikan alokasi angsuran atau kemampuan berhutang….. kalaupun angsuran sudah lunas tetap dialokasikan karena kita tetap memerlukan Down Payment untuk pemenuhan tujuan finansial / wants dimasa depan, dalam kondisi sudah debt free dan needs free strategi saya mengelola hingga memiliki dana darurat adalah :
- Savings (30%)
- Needs (15%)
- Debts (5%)
- Wants (10%)
- Investments (40%)
Dalam strategi state terakhir ini dinamikanya sangat bisa disesuaikan dengan kondisi, pada prinsipnya tujuan finansial harus di state dengan jelas, rasio diatas perlu komitmen kuat, jadi akan sangat mudah membayangkan keputusan dan tidak berbuat konyol….
Misal saat saya pada state WANTS saya memiliki rasio 5% income, maka saya akan sadar dan mawas diri, contoh kalau mendadak muncul iklan yang memicu timbulnya Keinginan, kalau WANT to beli gadget seharga 20juta, maka sadar diri dan harus paham kalau sudah punya akumulasi pos seharga 20juta x 20 = 400 juta.
Kalau sudah gitu maka akan lebih mudah mengendalikan diri dan tidak mengambil keputusan konyol…..
Itu juga yang buat saya masih bisa bertahan pakai Ponsel berusia 6 tahun.
Aspek lainnya dari penetapan tujuan finansial ini juga kita akan lebih berhati-hati dan tidak gegabah memilih instrumen investasi, laporan keuangan dan prospektus serta data lainnya akan saya baca dan komparasi dengan baik, sehingga tidak terjadi keputusan impulsif atau membakar uang dengan memilih instrumen fraud, bagi saya growth 3-4% perbulan udah lebih dari cukup, walau saya ya pernah dapat growth 400% dalam 6 bulan yang merupakan efek samping dari kehati-hatian baca trend pasar…. So far saya ya dapat growth 30-40% pertahun, nilainya ya gak besar karena alokasi bulanan saya kecil, investasi itu prakteknya adalah hal terakhir yang dilakukan ketika semua pos sudah aman.
Celotehan saya diatas ini juga tidak serta merta muncul, literasi finansial ini tidak mendadak hadir, dan tujuannya adalah keamanan, ini selera risiko saya, kalau ada yang selera risikonya spekulatif, ya biarkan saja…. Spekulatif tidak salah, karena apa yang berisiko bagi seseorang mungkin hanya hal biasa saja bagi orang lain, portfolio investasi saya masih ada yang minus hingga 30%, tapi ya sudah ada penutupan dari sumber lain yang 200%.
Saya juga bukan orang yang proven makmur banget, aset di investasi saya juga hanya mampu membuat saya bertahan 7 bulan bila saya kehilangan income, bisa dibilang strategi saya tidak terlalu agresif bagi anak muda, tapi bisa terbilang agresif bagi orang seusia saya…. Segalanya relatif 🤣
Mari Melek Finansial.
Banyak masyarakat kita yang belum bijak membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Literasi finansial penting diajarkan sejak anak usia dini.