Kemarin, saat saya membagikan filosofi dasar tentang swakelola dalam pengadaan barang/jasa, saya menyaksikan sesuatu yang menghangatkan hati: antusiasme nyata dari para peserta diklat CCMS, khususnya dari RSUD Sanjiwani Gianyar dan RSUD Payangan.
Diskusi tentang swakelola bukan lagi sekadar teori.
Diskusi itu meng-ignite: memicu inisiatif peserta untuk menyusun detail implementasi swakelola secara lebih terstruktur dan mengacu pada standar kompetensi profesional.
Dalam konteks pelayanan makanan dan minuman pasien (mamin pasien) di rumah sakit, skema swakelola menjadi sangat strategis:
- Tim Persiapan: menyiapkan perencanaan kebutuhan.
- Tim Pelaksana: mengelola operasional penyediaan makanan.
- Tim Pengawas: mengawasi kualitas dan kontinuitas layanan.
Semua terintegrasi dalam unit gizi RSUD sebagai ujung tombak teknis.
Melalui swakelola, pengadaan bukan hanya urusan administrasi.
Ia menjadi wujud nyata dari pelayanan berbasis nilai kemanusiaan, efisiensi anggaran, dan kontrol mutu yang lebih baik.
Semangat peserta kemarin menunjukkan bahwa kita tidak hanya membutuhkan SOP yang kaku, tetapi juga pemahaman filosofis tentang mengapa swakelola itu penting: untuk mengutamakan layanan, bukan sekadar membelanjakan anggaran.
Dan di situ, transformasi birokrasi sejati dimulai.
#SwakelolaUntukRakyat
#TransformasiBirokrasi
#CCMS2025
#PengadaanBermakna
#RumahSakitMelayani

49d44d58 310c 4454 9ea2 a5c31ed9eeca