Optimalisasi Pemerintahan demi Memajukan Bangsa

Telah melakukan Identifikasi Kebutuhan pun, tidak menjamin tercapainya kepuasan pengguna akhir

Telah melakukan Identifikasi Kebutuhan pun, tidak menjamin tercapainya kepuasan pengguna akhir

Kalau dicari salahnya, kalau dicari kurangnya, tidak akan ada habisnya, karena benar-salah itu subyektif, kurangnya atau lebihnya kepuasan berbicara masalah ekspektasi,artikel skeptis ini bertujuan untuk menyadarkan bahwa telah melakukan identifikasi kebutuhan pun, kebutuhan kita bisa saja tidak terpenuhi, apalagi tidak dilakukan?

Ketika hal ini terjadi, sebagai pembeli itu rasanya pedih. Sekitar 2 tahun yang lalu saya membeli Microsoft Surface Go lengkap dengan pen dan surface keyboard cover, sebagai komputer tablet yang digadang-gadang menjadi iPad Killer, kekeliruan saya membeli dengan dana pribadi ini menjadi contoh kegagalan identifikasi kebutuhan dengan kondisi riil di pasar yang belum tentu produknya mampu memenuhi kebutuhan.

Sebelum membeli, saya mengidentifikasi pekerjaan yang saya lakukan sehari-hari dan fasilitas kantor yang diberikan kepada saya, kantor “meminjamkan” ultrabook yang dibeli tahun 2017 dan masih sangat baik fungsinya hingga saat ini, lalu ada all in one PC, kedua perangkat eksisting ini saya gunakan dalam situasi berbeda, bila sedang stationary di ruangan saya akan menggunakan AIO PC, bila dilakukan rapat di ruangan terpisah dan menghadirkan saya untuk menggunakan PC maka saya mendayagunakan Ultrabook saya.

Bagaimana dengan posisi ketika ditengah-tengah? Almarhum Steve Jobs menghadirkan iPad sebagai new breed of catagory untuk mengisi kekosongan ini, posisi kebutuhan perangkat yang digunakan tetap untuk bekerja namun tidak seberat workstation seperti AIO PC dan dalam kondisi tidak ada meja sehingga mengeluarkan laptop akan membuat saya kikuk dalam menggunakannya, maka kategori produk yang perlu digunakan adalah “Tablet”.

Saya mengidentifikasi keperluan saya :
1. Mengambil catatan
2. Membuka data
3. Melakukan conference

  1. Melakukan konsumsi media
  2. Perangkat mobile yang memang konsumsi baterenya rendah

Pilihan saya waktu itu antara membeli iPad generasi baru yang memang merupakan produk yang proven, atau membeli surface go yang memiliki fungsi serupa dan di desain Microsoft untuk berkompetisi dengan iPad tapi merupakan sebuah produk baru. Keduanya memiliki range harga yang sama dimana Surface sedikit lebih murah, fungsi serupa, dan mampu memenuhi kebutuhan, paling tidak 4 kebutuhan yang saya telah tuliskan. Pengalaman saya menggunakan iPad tidak lah kurang, saya familiar dengan ekosistim microsoft maupun ekosistim apple, dan subyektifitas menjadi hal yang saya hindari disini.

Pengalaman saya menggunakan iPad tahun-tahun yang lalu adalah saya pengguna iPad 1st gen, iPad Mini, dan iPad 3rd gen, untuk ekosistim apple sebenarnya saya masih menggunakan hingga saat ini, tapi sekali lagi keinginan bukan sesuatu yang saya kedepankan, hanya 4 keperluan tersebut yang saya perlukan, akhirnya untuk memenuhi kelima kebutuhan itu saya akhirnya memilih dengan faktor harga, maklum saja membeli produk seperti ini adalah sesuatu yang saya lakukan sebisa mungkin tidak terlalu sering, sebagai contoh saya beli ponsel pada tahun 2011 dan beli ponsel penggantinya di tahun 2016, kemudian ponsel yang tahun 2016 itu saya dampingi dengan ponsel lebih baru di tahun 2020 akhir dan keduanya terintegrasi, diganti itupun karena Optical Stabilizer nya udah parah dan gambar dari kamera nya bergetar, tapi fungsi lainnya masih bisa digunakan hingga saat ini.

Untuk produk yang sangat sering digunakan seperti ponsel, pertimbangan saya lebih jelas, karena ekosistim dan kemudahan maka saya menggunakan produk dari produsen sejenis dan terbutki masih sinkron, pendekatan ini yang saya kemudian gunakan untuk memilih produk Tablet sebagai pendamping dari AIO PC dan Ultrabook PC dari Kantor, OS Windows dari Microsoft menjadi pertimbangan utama. Walaupun saya menyadari bahwa ekosistim Microsoft yang mobile di Platform Apple juga tidak buruk dan bahkan dalam situasi tertentu lebih baik dibandingkan  dengan produk Microsoft itu sendiri, tapi karena fungsinya identifikasi kebutuhan tersebut sekilas memenuhi maka saya memutuskan sementara Surface Go, karena apa? karena untuk bekerja saya menggunakan platform Windows yang akan lebih mudah bila menggunakan perangkat tablet dari Windows, biar bagaimanapun Produk Tablet seperti iPad bukan PC.

Surface Go tetap PC, bisa menggunakan aplikasi dengan keterbatasan spek nya, walau saat dibandingkan diatas kertas seolah-olah Surface Go sebagai Tablet tidak kalah dengan iPad. Jadi saya berpikir kelima kebutuhan tersebut diatas terpenuhi dan saya memiliki Tablet yang berfungsi sebagai PC. Ya, fungsi terpenuhi, setelah pembelian saya merasa bahwa produk terebut memenuhi kebutuhan saya. Bagaimana tidak? semua fungsi tersebut dipenuhi, tapi ada beberapa hal yang memang tidak dapat diketahui dari tulisan diatas lembar spesifikasi.

Pertama, pengalaman penggunaan, saya tidak menyangka bahwa produk yang dirancang oleh Microsoft, secara dengan sendirinya tidak cocok menggunakan produk dari Microsoft itu sendiri, menggunakan Microsoft Teams untuk Video Conferencing membuat Tablet ini panas luar biasa, padahal menggunakan Zoom Meeting di produk ini lebih adem, permasalahannya adalah terkadang pekerjaan saya menuntut menggunakan Microsoft Teams, saya tidak habis pikir bagaimana mungkin software yang dirancang untuk windows ternyata tidak cocok dijalankan di Microsoft Surface buatan Microsoft itu sendiri. Konyolnya lagi menggunakan Microsoft Teams di iPhone terasa lebih adem dan tidak menghasilkan ponsel saya yang dirilis tahun 2016 lalu ngecrash, alhasil saya menggunakan ponsel saya alih-alih Surface Go tahun 2019.

Konsumsi media, pengalamannya tidak nyaman, biar bagaimanapun Windows 10 bukan OS Tablet, font yang kasar dan tidak nyaman dipandang dan bagaimana tampilannya di Layar dengan resolusi yang FEEL CRAMMED dipaksakan dari PC konvensional menjadi gak umum digunakan sebagai tablet menjadikan pengalaman penggunaannya kurang asik, begitu juga dengan penggunaan Surface Pen, tidak presisi dan delay, walaupun fungsinya berjalan dengan baik tapi jujur saja saya nggak merasa nyaman terlebih baru-baru ini atasan saya menggunakan iPad dengan Apple Pencil 2 yang bener-bener superb pengalamannya saat saya mencoba sendiri. Kemampuan untuk mengambil catatan dengan Microsoft One Note sempat beberapa bulan saya gunakan dengan tingkat kepuasan yang baik, namun konversi karakter nya tidak sebaik Apple Pencil.

Batere juga menjadi permasalahan disini, terkadang saya berpikir dengan surface cover ditutup atau tombol sleep ditekan, maka Tablet PC ini sudah masuk kondisi sleep dan tidak melakukan apa-apa, betapa kesalnya saya ketika mengeluarkan dan beritikad menggunakan dari dalam tas saya mendapati tablet ini dalam posisi luar biasa panas, lalu kehabisan batere, tidak selalu terjadi memang, dan saya sudah mematikan fungsi yang berkaitan dengan proses yang berjalan dalam keadaan sleep, maka ini jelas murni bug karena terjadi sesekali, akhirnya saya terpaksa urung menggunakan, hal ini tidak akan terjadi bila menggunakan iPad yang memang sudah proven tombol Sleep bukan berarti lantas masih ngigau gak jelas dan kehabisan batere saat akan digunakan.

Pada akhirnya saya menyadari bahwa spesifikasi diatas kertas dan fungsi berdasarkan identifikasi kebutuhan itu bisa di detilkan lagi. Tingkat kepuasan saya yang entah terlalu tinggi atau produk ini yang memang nggak sempurna. Mari kita ulas :

  1. Mengambil catatan, apakah sekedar bisa menyimpan catatan saja dan terintegrasi di Onedrive dengan OneNot cukup? bila pengalamannya di kemudahan interface dan kenyamanan penggunaan ternyata kebutuhan itu masih kurang.
  2. membuka data, fungsi ini berjalan baik dan sempurna.
  3. Melakukan conference, dengan Zoom ngga masalah, dengan Microsoft Teams ternyata masalah, ini konyol, produk software Microsoft bermasalah di hardware Microsoft sehingga saya harus menggunakan produk Apple lainnya untuk melakukan conferencing dengan Microsoft Teams.
  4. Melakukan konsumsi media, untuk hal ini saya ngga menuliskan diatas, tidak ada masalah, digunakan untuk nonton Netflix oke saja, cuma menjadi masalah bila dihubungkan dengan konsumsi batere.
  5. Konsumsi batere nya kadang ngebug, tidak bisa diandalkan.

Permasalahan ini tidak bisa dilihat dari atas kertas, bila melihat spesifikasinya yang tidak terlalu buruk dalam bentuk tulisan siapa yang sangka fungsi tersebut ternyata tidak cukup memuaskan pada saat eksekusi, so….. artikel tentang kejengkelan saya ini menunjukkan bahwa melakukan identifikasi kebutuhan saja kita bisa gagal memenuhi kebutuhan, apalagi bila tidak melakukan? Dari sisi kegunaan, produk ini masih digunakan istri saya sebagai komputer utama sehari-hari, durabilitasnya oke punya, terbanting sana sini dalam kondisi bezel hingga bagian layar ada yang retak tidak mengganggu fungsi layar sentuhnya, produk yang tangguh, secara rupiah dari bentuk dasar dan fungsi terpenuhi, namun pada tataran penggunaan tertentu terkadang ekspektasi yang tidak tercapai membuat sedikit kesal. Dari sisi harga, jelas Surface Go lebih murah dari iPad,  tidak ada kerugian nyata disini.

Yang terjadi hanya kerugian emosional, rugi dari sisi pengalaman pengguna akhir, rugi karena saya harus mulai menabung lebih cepat untuk mendapatkan produk yang sesuai ekspektasi saya. Produk yang ternyata teknologinya sulit dituangkan dengan spesifikasi tertulis diatas kertas, saya tidak tertipu, tapi jelas dari sisi user experience ada hal yang kurang disini dan tidak dapat ditemukan dengan membandingkan komponen semata. Ini pengalaman yang mengesalkan dengan uang pribadi, anda bisa bayangkan bagaimana dalam konteks Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang menggunakan APBN/APBD dan masyarakat sebagai pengguna akhir menggunakan hasil pengadaan yang ternyata tidak sesuai dengan tingkat kepuasan dan tingkat harapan?

Maka kembali ke pesan moral dari tulisan penuh nyinyiran saya ini, “Telah melakukan Identifikasi Kebutuhan pun, tidak menjamin tercapainya kepuasan pengguna akhir, apalagi bila tidak dilakukan?”

Demikian.

 

Exit mobile version