Tidak perlu diragukan lagi film besutan Steven Spielberg yang terinspirasi dari novel karya Michael Crichton ini termasuk karya sinema yang secara visual masih tetap nyaman ditonton hingga saat ini, film ini dirilis tahun 1993 dan merupakan film layar lebar kedua yang saya tonton pertama kali di bioskop (yang pertama adalah Terminator II : Judgement Day). Diawali dengan adegan yang cukup “gelap” yang menggambarkan kebuasan mahluk buas yang hidup di era Jurassic namun tidak serta-merta menampilkan mahluk tersebut membuat para penonton saat itu sudah langsung mencurahkan perhatian penuh.
Bagaimana tidak? pada masa itu efek spesial untuk mahluk buas berukuran raksasa ini bisa dibilang yang pertama dan satu-satunya yang menghasilkan visual yang relatif realistis, betul kita sering disuguhi penampilan film “monster” dengan ukuran raksasa, tapi kehadiran mereka adalah menggunakan kostum dimana ada pemeran yang mengenakan kostum tersebut diatas miniatur kota, Jurassic Park menghadirkan kehidupan para Dinosaurus bukan menggunakan kostum, melainkan menggunakan robot berbalut tanah liat dibeberapa adegan, dan menggunakan grafika komputer yang masih baru pada masa itu, jadi film ini termasuk yang pertama kali menghadirkan visual yang dapat dipercaya untuk sesuatu yang tidak mungkin.
Pada masa itu tentunya santer sekali tentang kesuksesan film ini, saya pada masa itu bersama orang tua relatif kesulitan mendapatkan tiket film ini, beberapa hari habis dan sempat tertinggal beberapa waktu dengan teman-teman di sekolah yang sudah menonton film ini. Pada masa itu menonton bioskop tidak umum seperti saat ini karena jumlahnya terbatas, jadi apabila ada sebuah film yang begitu terkenal di kalangan anak-anak hingga tiketnya selalu habis terjual, tentunya film ini bukan sembarangan dan kita tahu persis bahwa film ini termasuk legend.
Saya sampaikan diawal bahwa film ini secara visual tetap nyaman ditonton, namun bukan berarti superior dibandingkan film-film yang ada di masa kini, apalagi sekuelnya seperti Jurassic World dan Jurasic World Fallen Kingdom, kebetulan untuk seri-seri Jurassic Park, semua serinya saya tonton di bioskop. Bisa dibilang perbandingan visual dan mata saya kemungkinan besar obyektif karena saya menonton tidak di layar kecil, minimal sesuai standar dari para sineas pembuatnya lah……. Tiap pengalaman menonton seri Jurassic ini selalu memukau saya karena teknologi telah berkembang dan tiap seri terbaru dapat dipastikan menggunakan teknologi terdepan pada masanya masing-masing.
Berbicara teknologi, tentunya menarik menyimak bagaimana mahluk yang telah punah jutaan tahun silam bisa dihidupkan kembali dan “memangsa” manusia-manusia yang sebagian beruntung dan sebagian sial untuk disantap dengan brutal di seri ini, teknologi milik perusahaan “In-Gen” yang dikembangkan dan diberdayakan oleh John Hammond, seorang industrialis yang menggadang kehadiran Jurassic Park di semesta film ini menghadirkan sesuatu yang sangat ambisius, yaitu menghadirkan kembali hewan buas yang dengan rekayasa genetika untuk ditampilkan dalam konsep Taman Safari.
Konsep “Taman” alias “Park” ini kemudian dipertanyakan oleh para investor, sehingga John Hammond memerlukan dukungan pendapat ahli-ahli untuk meyakinkan para investor, dan selanjutnya dapat ditebak bahwa John Hammond menemui protagonis dan meyakinkan agar mereka mengikuti ke pulau tempat Jurassic Park ini dibangun. Para ahli tersebut beserta penasihat hukum korporat dan kedua cucu John Hammond mengikuti rancangan tur yang akan disajikan untuk selanjutnya pendapat mereka akan digunakan untuk meyakinkan para investor sehingga taman ini dapat dibuka dan terjangkau bagi semua kalangan.
Welcome to the Jurassic Park
Tentunya sebagai sebuah film fiksi sains aksi, kita tidak akan disuguhi hal yang datar-datar saja, jangan berharap bahwa isinya seperti dokumenter para Youtuber ke tempat wisata, dinamika film ini muncul karena adanya spionase industri yang berupaya untuk mensabotase sekaligus mencuri teknologi rekayasa genetika, Teknologi rekayasa genetika ini menjelaskan teknik kloning dengan video tur yang merupakan bagian dari sajian Jurassic Park ini yang menjelaskan proses yang tidak perlu ditanggapi terlalu serius, kemudian berlanjut ke “dapur” dari Jurassic Park yang menunjukan kelahiran Dinosaurus dari telurnya.
Karena ini film tahun 1993, sebagian besar visual yang dihadirkan tidak terlalu bergantung dengan teknologi grafika komputer, jadi masih merupakan sesuatu yang dapat terlihat nyata melihat dinosaurus yang baru hadir di laboratorium yang dihadirkan dengan efek-efek praktikal, maklum pada masa tersebut animatronic masih diandalkan dan dominan. Cerita berlanjut dengan adanya upaya sabotase dari pegawai yang mengalami masalah finansial sehingga terlibat dalam kejahatan sabotase spionase industri, berupaya melakukan sesuatu yang ilegal dengan mematikan sistim kelistrikan dan membuat para mahluk buas ini berkeliaran dengan memangsa para tokoh-tokoh di film ini.
Kondisi ini juga menjadi mencekam dengan keberadaan badai yang menerjang pulau tempat Jurassic Park ini berada, karena badai ini sebagian besar pekerja yang ada di Jurassic Park sebenarnya sudah di evakuasi, adapun sabotase yang dilakukan saat bersamaan badai ini datang yang menghadirkan situasi yang membuat terpojok para tokoh utama untuk survive. Menyelamatkan diri menjadi esensi utama film ini yang ditambahkan dengan ketidakberdayaan manusia yang telah berupaya melakukan berbagai cara untuk memegang kendali dan upaya tersebut tidak seberapa berarti untuk menghalau kebuasan mahluk-mahluk purbakala yang dihadirkan kembali dengan teknologi ini.
Pada akhirnya Kehidupan menemukan Jalan…….
Film ini “relatif” cukup aman untuk ditonton semua umur, walaupun yang dihadapi adalah mahluk buas namun tidak ada adegan yang gore di film ini, para korban dimangsa dengan visualisasi yang relatif “terselubung” dan simbolis, sehingga relatif aman ditonton anak-anak dengan pendampingan orang tua. Jelas, karena Dinosaurus memang menarik bagi anak-anak, film ini merupakan film yang dirancang untuk menarik anak-anak untuk membujuk orang tuanya untuk sekeluarga nonton ke bioskop sehingga saat ini apabila anda menonton film ini melalui layanan streaming seperti Netflix, jangan khawatir karena film ini aman ditonton bersama keluarga, adapun pendampingan bagi anak-anak tetap sangat penting dan saya menyebutkannya “relatif aman” karena rating film ini adalah +16. Saya pribadi pun ngga terlalu paham saat menonton film ini pertama kali di usia 8 tahunan, otak saya baru nyambung nonton film ini sekitar tahun 1998 ketika berusia 13 tahun.
Sepanjang film anda akan disuguhi berbagai ketegangan menghadapi T-Rex, Raptor, pagar listrik, dan lain-lain dengan melihat aksi para tokoh utama yang tersebar dengan alur yang bikin perasaan bercampur aduk, tentunya anda sekalian sebagian besar sudah pernah menonton film ini, tapi bagi saya pengalaman menonton film ini tetap fresh dan menyenangkan.
Setelah suguhan pembuka dan adegan sabotase, cerita berlanjut dengan alur yang naik turun antara lega dan cemas yang sangat tidak berimbang karena lega nya dikit namun cemas nya lebih banyak melihat para protagonis berusaha menyelematkan hidupnya dan satu sama lain untuk lolos dari kejaran para mahluk buas yang disajikan dengan nyata, baik menggunakan animatronic maupun dengan grafika komputer. Film ini ditutup dengan adegan yang relatif melegakan sekaligus membuat patah hati, saya pribadi patah hati karena berharap insiden-insiden yang ada di film ini dapat dikendalikan dan Jurassic Park tetap dibuka, sesuatu yang akhirnya baru kesampaian 22 tahun kemudian dengan adanya film Jurassic World di tahun 2015.
Biar bagaimanapun film yang berasal dari ide novelis ini merupakan film yang melegenda dan masih layak ditonton walau berusia hampir 3 dekade saat ini di tahun 2021. Bagi anda yang berlangganan Netflix, film ini bisa disaksikan dengan klik : KLIK DISINI (Selama lisensi penayangan masih dimiliki Netflix, tautan ini harusnya bekerja).
Selamat Menyaksikan.