Optimalisasi Pemerintahan demi Memajukan Bangsa

Dinamika Kebudayaan – Statis atau Dinamis atau Kekal?

Pengantar

Artikel kali ini secara argumentatif disertai contoh konkrit mencoba menjelaskan apakah kebudayaan itu pasti berubah (dinamis), tetap (statis), atau kekal?

Dengan demikian mari melihat dari sifatnya “Kebudayaan” apakah bisa berubah, atau tidak mungkin berubah?

Kebudayaan dalam pengertian sempit seringkali diartikan sebagai adat tradisi atau kebiasaan sehingga seringkali dicontohkan dengan upacara adat

Kebudayaan dalam pengertian lebih luas dipahami sebagai cara manusia mengelola kehidupannya, contohnya adalah adaptasi masyarakat terhadap lingkungan alam. Secara awam disebutkan berupa kesenian, rumah adat, upacara adat, atau bangunan kuno.

Edward B. Taylor menjelaskan Kebudayaan merupakan kompleks keseluruhan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral, kebiasaan, serta lain-lain kecakapan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.

Kebudayaan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat)

Salah satu pendapat mengemukakan bahwa Kebudayaan Bersifat Dinamis, Sifat dinamis kebudayaan, dengan latar belakang dinamika :

    1. Perubahan lingkungan alam
    2. Perubahan karena kontak dengan suatu kelompok lain, dan
    3. Perubahan karena adanya penemuan

Kebudayaan dapat dimaknai sebagai suatu cara untuk Hidup dan memiliki karakteristik berupa karakter-karakter.

Kebudayaan memiliki karakter sebagai berikut :

    1. Budaya dapat dipelajari
    2. Kebudayaan merupakan cara manusia menggunakan simbol untuk mengorganisir dan memberi makna pada hal-hal disekitarnya
    3. Kebudayaan adalah sebuah sistem yang terintegrasi sehingga perubahan pada satu elemen budaya akan menyebabkan perubahan pada elemen lainnya
    4. Mencakup seperangkat norma dan nilai yang digunakan bersama oleh anggota kelompok masyarakat.
    5. Membantu manusia untuk beradaptasi dengan dunia dimana ia tinggal
    6. Selalu berubah

Apa itu Kebudayaan?

  1. Merujuk pada kamus besar bahasa Indonesia, bahasa diartikan sebagai suatu sistem lambang bunyi yang dipakai oleh masyarakat untuk berinteraksi; percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun, hal ini erat dengan karakter budaya yang telah disebutkan dalam pengatanr dimana simbol atau lambang merupakan definisi dari bahasa itu sendiri yang menjadikan bahasa sebagai sarana/medium untuk interaksi sosial.
  2. Merupakan semua hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat (Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, dalam slide Luqman Effendi, S.Sos., M.Kes)
  3. Kepribadian dan Kebudayaan menurut Theodore M. Newcomb merupakan organisasi sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang perilaku, mencakup kebiasaan-kebiasaan, sikap dan lain-lain sifat yang khas dimiliki seseorang yang berkembang apabila berhubungan dengan orang lain.
  4. Keberadaan Counter Culture, yaitu kebudayaan tandingan terhadap sub-kebudayaan yang berlaku (aktifitas kebudayaan, kompleks perilaku, perilaku, dan item)
  5. Kebudayaan bukan diturunkan tetapi melalui proses sosial yang dinamakan sosialisasi (Luqman Effendi, S.Sos., M.Kes)
  6. Peradaban sebagai suatu perkembangan dan perubahan dari kebudayaan yang telah mencapai tingkat tertentu yang diperoleh manusia pendukungnya (Fairchild dkk)
  7. Perubahan kebudayaan adalah suatu perubahan yang terjadi pada sistem budaya
  8. Kehidupan manusia adalah proses perubahan dari satu tahap ke tahap hidup lainnya

Dinamika Budaya Sehingga Kebudayaan Tidak Mungkin Kekal dan Statis

  1. Globalisasi adalah proses perubahan yang saat ini sedang terjadi dengan ritme yang sangat bertubi-tubi
  2. Sebagai mahluk budaya, manusia memiliki kemampuan untuk bekerjasama dan berbagi, dan manusia mengembangkan dan melestarikan sistem pernikahan dan kekerabatan
  3. Bahwa manusia adalah mahluk sosial, bahwa manusia merupakan mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk masuk dalam bagian orang-orang lain, merupakan karakteristik dari sekelompok orang, memiliki hubungan antar orang-orang, melakukan interaksi-interaksi antar orang, terdapat keanggotaan dari suatu kelompok orang atau suatu komunitas orang, karakteristik manusia untuk saling berkerja sama, dan saling ketergantungan.
  4. Dalam interaksi sosial manusia melakukan nya secara asosiatif dan disosiatif.
  5. Globalisasi membuat perubahan budaya dalam penggunaan bahasa, sebagai contoh jamban atau kakus yang menurut kamus besar bahasa Indonesia merupakan tempat buang air sudah jarang digunakan dalam istilah sehari-hari, masyarakat Indonesia sudah lebih mengenal istilah Toilet dan/atau water closet yang lebih umum disingkat WC yang merupakan bahasa Inggris, bahkan tidak jarang pada pusat perbelanjaan modern kita lebih mengenal istilah Restroom. Hal ini merupakan contoh perubahan karena kontak dengan kelompok lain
  6. Menyangkut terhadap Globalisasi tidak terlepas dari sejarah Revolusi industri yang berlangsung antara tahun 1750 hingga 1850, dimana terjadi perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaksi, pertambangan, transportasi, dan teknologi (https://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi_Industri), permulaannya di Inggris bermula dari penggunaan tenaga kerja yang semula menggunakan tenaga hewan dan manusia kemudian digantikan oleh penggunaan mesin. Dipandang dari sisi interaksi sosial muncul interaksi adanya golonganpengusaha dan golongan buruh, adanya kesenjangan antara majikan dan buruh, munculnya gerakan sosialis, munculnya imperialisme modern, dan lain-lain yang tak jarang menimbulkan gejolak sosial.
  7. Pada era teknologi informasi juga merubah pola berinteraksi antar manusia, dahulu dalam mengirimkan surat kita lebih umum menggunakan surat secara tradisional melalui penggunaan kertas dengan jasa kantor pos, pada kegiatan ini lumrah terdapat penggunaan kertas, alat tulis, lem, amplop, dan perangko untuk dokumen tersebut dapat dikirimkan oleh jasa kantor pos dan memakan waktu hingga 3 hari bahkan lebih agar surat tersebut dapat mencapai tujuan, hal ini berubah dengan adanya surat elektronik (surel) atau lebih dikenal dengan istiilah asing electronic mail (email) yang hanya memakan waktu sekejap ketika tombol kirim di klik melalui perangkat pengguna.
  8. Secara ekstrim bahasa yang merupakan bagian dari kebudayaan selain dapat berubah, juga dapat dikatakan punah
  9. Punahnya 11 Bahasa Daerah di Indonesia sebagaimana disampaikan oleh Kepala Bidang Perlindungan Pusat Pengembangan dan Perlindungan Badan Bahasa Jakarta Ganjar Harimansyah, dan fakta oleh UNESCO pada tahun 2009 terdapat2500 bahasa di dunia terancam punah, dan fakta bahwa 200 bahasa telah punah dalam 30 tahun terakhir. (Kompas.com dengan judul “11 Bahasa Daerah di Indonesia Dinyatakan Punah, Apa Saja?”, https://regional.kompas.com/read/2018/02/10/18293411/11-bahasa-daerah-di-indonesia-dinyatakan-punah-apa-saja.)
  10. Terkait perubahan cara hidup dan bertumbuhnya jumlah penduduk, Perubahan lingkungan terkait cara mengolah yang terkait dengan alam membuat cara hidup manusia juga turut berubah, varietas tanaman konsumsi lokal mulai tergeser dengan varietas hasil persilangan (hibrida), yang berlanjut dengan berubahnya pola bercocok tanam dengan alasan produktifitas. Tingginya pemanfaatan benih hibrida sebagaimana dilansir dari https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-2933467/ri-masih-impor-benih-padi-hibrida-dari-china-dan-filipina, pemanfaatan teknologi teknik sipil dalam membangun bendungan dan embung juga mendorong perubahan pola cocok tanam dalam rangka menyikapi faktor klimatologi, saat ini dengan pola pengairan sebagai bentuk cara merekayasa kebutuhan akan air membuat polacocok tanam tidak lagi bergantung pada musim hujan atau musim kemarau, dengan kombinasi produktifitas waktu tanam yang lebih singkat dan rekayasa pengairan maka pola cocok tanam menjadi lebih berorientasi hasil.

Pembahasan

  1. Kebudayaan berbahasa biasanya sangat adaptif, contoh nya adalah bentuk adaptasi bahasa asing, dalam hal ini bahasa Inggris sebagai lingua franca (bahasa perdagangan) internasional, sebagaimana pemanfaatan bahasa sebagai sebuah simbol terkait pra-anggapan karakter kebudayaan nomor 8 huruf b yang berbunyi : Kebudayaan merupakan cara manusia menggunakan simbol untuk mengorganisir dan memberi makna pada hal-hal disekitarnya yang diperoleh melalui belajar dan menjadi cara hidup, bukti dari cara hidup ini adalah semakin minim nya penggunaan kata kaskus dibandingkan penggunaan WC dalam dialog interaksi sosial sehari-hari.
  2. Revolusi di bidang teknologi informasi dan bidang industri merupakan bukti bahwa kebudayaan dapat berubah sebagai bentuk adanya penemuan.
  3. Bahwa bahasa yang tidak dominan dapat punah sebagaimana fakta yang disebutkan sebelumnya, menunjukkan pada taraf ekstrim kebudayaan selain dapat berubah, juga dapat punah/hilang, dalam hal ini bahasa sebagai suatu cara hidup berbahasa pun mengalami perubahan dan adaptasi, umum nya dilakukan bahasa Inggris sebagai bahasa perdagangan (lingua franca) dalam proses globalisasi yang dominan dengan masuknya produk-produk asing yang padat dengan bahasa Inggris dan bertubi-tubi
  4. Pengaruh kebudayaan terjadi sebagaimana dikarenakan interaksi dengan kelompok lain, sehingga terjadi penggunaan istilah asing menjadi lumrah dibandingkan padanan kata dalam bahasa setempat.
  5. sebagai bentuk adaptasi pada lingkungan, maka perubahan kebudayaan dalam bentuk ritual yang umum dilakukan masyarakat mengalami perubahan yang berpotensi memudarkan ritual-ritual kesukuan yang dilakukan pada proses cocok tanam tradisional sebagai bentuk alih proses pertanian moderen yang mengurangi frekuensi pelaksanaan upacara adat
  6. Revolusi merupakan tahapan perubahan dari satu tahap ke tahap berikutnya, dimana manusia semula berburu untuk memenuhi kebutuhannya, dengan adanya perubahan tahap ke tahap sebagaimana disebutkan dalam pra-anggapan 16, revolusi industri merubah hidup kita, termasuk dalam era teknologi informasi ini. Tentu saja temuan yang membawa tahapan kehidupan manusia ke dalam tingkat tertentu ini harus di dukung oleh manusia pendukungnya selaku pengguna.
  7. Seluruh hasil karya, rasa,, dan cipta masyarakat berpengaruh pada tahapan-tahapan kehidupan manusia dari masa ke masa, adaptif dan berkaitan dengan kepribadian dan kebudayaan ini merupakan hasil perkembangan dari berhubungan dengan orang lain.
  8. Bahwa keseluruhan perubahan budaya sebagaimana disebutkan diatas merupakan proses sosial yang disebut sebagai sosialisasi, konsep diri sebuah masyarakat budaya secara makro dapat berubah apabila pada sosialisasi sebagai bentuk interaksi dapat mencakup banyak individu sebagai akibat berhubungan dari orang lain. Konsep ini disebut looking glass self dimana secara konstruktif kita telah melihat konstruksi sosial yang dominan akan mempengaruhi interaksi sosial pada kebudayaan yang kurang dominan.
  9. Interaksi yang menghasilkan konstruksi sosial yang dominan dan mempengaruhi yang yang kurang dominan, bila efektif proses sosialisasinya maka akan menghasilkan perubahan kebudayaan sebagai sistem budaya baru yang merupakan hasil adaptasi
  10. Kebudayaan bergantung pada peran sosialisasi dalam bentuk tindakan “belajar”, sebagaimana disebut dalam slide tentang Sosialisasi, Robert Drebeen menyebutkan selain membaca, menulis, dan berhitung anak di sekolah akan “belajar” kemandirian, prestasi, universalisme, dan spesifisitas. Hal ini selaras dengan pendapat Koentjaraningrat. Berdasarkan kata kunci “Belajar” ini maka proses adaptifnya adalah dilakukan analisis terhadap proses pembelajaran dan kaitannya dengan budaya dalam sosialisasi.
  11. Salah satu teori pembelajaran dicetus oleh Lev Vygotsky (1896-1934), Teori pembelajaran yang dipegang oleh vygotsky lebih mengacu pada konstruktivisme. Penekanan konstruktivisme pada hakikat pembelajaran sosiokultural melibatkan perkembangan kognitif meliputi kegiatan sosial budaya dan perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran seseorang disamping apa yang ditetapkan oleh individu sendiri secara sadar dan aktif, juga ditentukan dan dipengaruhi lingkungan sosial yang aktif dalam melibatkan temuan masyarakat berupa bahasa, alat-alat pengingat, dan sistem matematika.
  12. Terkait dengan bahasa, terdapat pendapat dari Edward Sapir (1884-1939) yang merupakan seorang ahli bahasa yang memiliki pendapat bahwa pikiran manusia ditentukan oleh bahasa yang digunakan dan mempengaruhi cara pandang dunia secara kognitif, dan secara selektif individu interaksi sensorik yang terjadi adalah menggunakan bahasa yang dipakainya. Sehingga hal yang dapat diterima oleh seseorang selaras dengan bahasa yang dimilikinya, Benjamin Lee Whorf dan Sapir selanjutnya menemukan atas pembelajaran terhadap bahasa Suku Hopi yang merupakan suku Indian Amerika, bahwa karakteristik dari Suku Hopi yang menekankan konsep waktu dan ruang ternyata berpengaruh pada perilaku mereka terhadap alam semesta. (Ensiklopedia Britanika). Teori yang disebut Sapir-Whorf ini selanjutnya menekankan bahwa ada hubungan yang kuat antara bahasa, budaya, dan pikiran pengguna bahasa tersebut terhadap kondisi kebudayaannya.
  13. Dengan menelaah pada analisis diatas, maka bahasa sebagai bagian dari kebudayaan berpengaruh terhadap sebuah budaya, dalam interaksi sosial budaya dapat masuk melalui bahasa yang mempengaruhi cara pandang suatu kelompok sosial terhadap semesta dunia nya.
  14. Hal ini diperkuat dengan pendapat Emil Cioran yang berbunyi “It is no nation we inhabit, but a language. Make no mistake; our native tongue is our true fatherland.” Bahwa dalam konteks kebangsaan jati diri sebuah bangsa adalah bahasa yang kita gunakan sehari-hari.
  15. interaksi sosial yang asosiatif dan disosiatif, dengan fakta-fakta telah disebutkan bagaimana interaksi sosial yang asosiatif dapat merubah sebuah kebudayaan, namun perlu diperhatikan juga bahwa interaksi sosial pun ada yang bersifat disosiatif. Salah satunya berbicara tentang counterculture atau budaya tandingan yang muncul sebagai bentuk perlawanan dan bersifat kebalikan ekstrim untuk melawan arus budaya yang berlaku secara luas sebagai bentuk perlawanan atas “kewajaran”. Perlawanan kebudayaan ini misalnya membentuk kelompok hippies sebagai sebuah budaya yang muncul di Amerika Serikat pada tahun 1960an yang berkebalikan dengan budaya kemapanan (https://id.wikipedia.org/wiki/Hippie).

Epilog

  1. Bahwa kebudayaan dapat berubah sebagai akibat interaksi sosial
  2. Perubahan kebudayaan terjadi sebagai akibat sifat dinamis dari kebudayaan itu sendiri
  3. Bahwa interaksi sosial, baik itu asosiatif maupun disosiatif dapat membuat perubahan kebudayaan
  4. Kebudayaan sebagai sebuah gagasan sistemik utuh yang terintegrasi dapat merubah sebuah kebudayaan, sebagai contoh penggunaan bahasa di luar bahasa asal dapat merubah cara pandang kehidupan dan mempengaruhi budaya yang dianut terintegrasi.
  5. Budaya dapat dipertahankan, budaya dapat berubah, dan Secara ekstrim bahkan budaya dapat hilang. Namun menyatakan budaya tidak dapat dirubah adalah sebuah argumen yang sulit dipertahankan mengingat kebudayaan dunia yang ada saat ini tidak sama 100% dengan kebudayaan masa lampau.

Dengan demikian maka kebudayaan itu pasti berubah dan bisa berubah. Secara argumentatif menyatakan sebuah kebudayaan tidak dapat dirubah dan kekal adalah sebuah argumen yang sukar dipertahankan, khususnya memperhatikan bahwa kebudayaan baru yang dominan saat ini adalah kebudayaan yang secara argumentatif beradaptasi/menyesuaikan kondisi.

 

Exit mobile version