Optimalisasi Pemerintahan demi Memajukan Bangsa

Moderenisasi dan Perubahan Pola Hidup Manusia

Gambar 5 Persentase Penduduk Menurut Status Keikutsertaan Dalam Pertemuan Rapat Di Lingkungan Sekitar

Gambar 5 Persentase Penduduk Menurut Status Keikutsertaan Dalam Pertemuan Rapat Di Lingkungan Sekitar

Prolog

Modernisasi mengandung unsur:

1) perubahan yangbergerak maju secara linier

2) adanya pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan

3) didukung dengan adanya perkembangan teknologi di berbagai kehidupan manusia, serta

4) mempengaruhi pola pikir dan perilaku manusia yang berusaha mengejar kehidupan yang lebih maju dan modern.

 

Mengacu pada unsur-unsur modernisasi tersebut apakah masyarakat Indonesia sudah dapat dikatakan sebagai masyarakat modern?

Argumentasi

Perkembangan kegiatan sosial budaya di Indonesia dapat dilihat melalui informasu yang dapat diakses masyarakat yang media nya meliputi radio, televisi, film, koran, majalah, buku, dan internet yang pemanfaatannya dapat berupa alat informasi dan hiburan. Perubahan yang bergerak maju secara linier dari konsumsi media ini merupakan ciri manusia moderen dimana pemanfaatannya pada produk perkembangan ilmu pengetahuan berupa radio, televisi, film, koran, majalah, buku, dan internet dalam mengejar kehidupan yang lebih maju dan moderen sedikit banyak mempenbgaruhi pola pikir dan perilaku manusia tersebut yang menunjukkan adanya perkembangan teknoloogi di berbagai aspek kehidupan manusia.

Perilaku masyarakat Indonesia pada tahun 2009 terkait konsumsi medianya adalah sebagai berikut :

Perkotaan

Mendengarkan Siaran Radio 25,4%(2009) , 21,48% (2012), 8,98% (2015)

Menonton Acara Televisi 95,4%(2009) 95,83%(2012), 95,66%(2015)

Membaca Surat Kabar / Majalah 28,6%(2009), 26,11%(2012), 19,64%(2015)

 

Pedesaan

Mendengarkan Siaran Radio 23,9%(2009), 15,61%(2012), 6,05%(2015)

Menonton Acara Televisi 86,4%(2009), 87,26%(2012), 87,17%(2015)

Membaca Surat Kabar / Majalah 9,7%(2009), 9.20%(2012), 6,40%(2015)

 

Pada tahun 2015 dalam konsumsii media berita elektronik terdapat penggunaan pada perkotaan sebanyak 27,85% dan pada pedesaan sebesar 9,66%.

 

Pergerakan maju secara linier dalam pemanfaatan konsumsi internet dalam bentuk media berita elektronik sebagai salah satu media yang dikonsumsi menunjukkan adanya pemangaatan pengaruh perkembangan iptek dan perkembangan teknologi di berbagai kehidupan manusia yang mempengaruhi pola pikir dan perilaku manusia, pada data 2015 terlihat bahwa terjadi penurunan drastis dalam penggunaan siaran radio yang tingkat penurunannya sebagai berikut :

Pemanfaatan radio di perkotaan (2009, 2012, dan 2015) : 25.4% à 21.48% à 8.98%

Pemanfaatan radio di Pedesaan (2009, 2012, dan 2015) : 23.9% à 15.61% à 6.05%

Gejala ini menunjukkan bahwa Radio sebagai media yang cakupannya luas namun secara teknologi terbilang tua menunjukkan trend penurunan seiring dengan adanya teknologi baru lainnya seperti televisi, surat kabar/majalah, dan internet.

 

Pola serupa juga dapat  dilihat pada konsumsi surat kabar/majalah yang penurunannya terjadi baik pada pedesaan dan perkotaan dengan rincian sebagai berikut L

Pemanfaatan media surat kabar/majalah di perkotaan (2009, 2012, 2015) : 28.6% à 26.11% à 19.64%

Pemanfaatan media surat kabar/majalah di pedesaan (2009, 2012, 2015) : 9.7% à 9.2% à 6.4%

Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa surat kabar/majalah lebih dimanfaatkan di perkotaan, namun keduanya menunjukkan trend yang sama yaitu terjadi penurunan.

 

Media yang memiliki kemampuan untuk bertahan adalah televisi dimana baik pada perkotaan dan pedesaan memiliki kestabilan penggunaan dengan kewajaran penggunaan pada perkotaan terdapat pemanfaatan televisi yang lebih tinggi di perkotaan, serupa dengan tren ini konsumsi media elektronik pada perkotaan lebih tinggi (27,85%) dibandingkan pedesaan (9,66%). Konsumsi media elektronik ini merupakan dampak dari pemanfaatan internet yang semakin meluas, bila ditilik dari perkembangan teknologi penggunaan internet secara keseluruhan (bukan hanya sekedar membaca media elektronik saja), maka berikut ini adalah data akses internet pada tahun 2012 dan tahun 2015 :

Internet pada Perkotaan : 23.56% (2012), 46.15% (2015)

Internet pada pedesaan : 7.19% (2012), 20,63% (2015)

 

Perilaku manusia dalam kehidupan moderen tidak lepas dari upaya untuk mencapai kebugaran dalam hal ini aktifitas olahraga, berikut ini adalah persentase penduduk yang aktif melakukan olahraga dibagi berdasarkan jenis wilayah perkotaan dan perdesaan :

 

Aktifitas Olahraga perkotaan : 32,1% (2003), 27,9% (2006), 26,1% (2009), 29,61% (2012), 32,99%(2015)

 

Aktifitas Olahraga perdesaan : 20.5% (2003), 19.5% (2006), 17,6% (2009), 20,30% (2012), 22,07%(2015)

 

Bila dilihat dari jenis daerah penduduk perkotaan lebih aktif dalam berolahraga bila dibandingkan dengan pedesaan, adapun dalam trend keaktifannya terdapat penurunan yang selaras baik dari pedesaan maupun perkotaan selama tahun 2003 hingga 2009 kemudian berangsur meningkat pada tahun 2012 hingga 2015, hal ini menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat Indonesia dalam berolahraga masih rendah dan belum menyadari pola hidup sehat melalui Olahraga, namun berdasarkan pengamatan saya pribadi pada tahun 2010 Pemerintah baik melalui Pemerintah Daerah maupun Pemerintah pusat mulai mensosialisasikan gaya hidup berimbang, yang meninggalkan pola lama kampanya kesehatan melalui program promosi kesehatan dimana konsumsi makanan dialihkan dari semula 4 sehat 5 sempurna menjadi makanan yang seimbang (sayur dan buah setiap hari), melakukan aktifitas fisik tiap hari, tidak merokok, dan lain-lain total 10 indikator sejak Oktober 2011 sebagaimana publikasi Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah Kesehatan.

Sosialisasi kampanye tersebut dilakukan melalui media, dan pada tahun 2012 di Kota Samarinda dan Kabupaten domisili saya Kab. Kutai Barat dikampanyekan Gerakan Masyarakat hidup Sehat (Germas) dan ada mobil keliling untuk sosialisasi hal ini.

Dalam hal kegiatan sosial kemasyarakatan terdapat data dari BPS sebagai berikut :

 

Partisipasi Kegiatan Sosial Kemasyarakatan Penduduk Perkotaan : 68.4% (2009), 78.69% (2012), 83.06% (2015)

 

Partisipasi Kegiatan Sosial Kemasyarakatan Penduduk Perdesaan : 74% (2009), 83.96% (2012), 87.87% (2015)

Berdasarkan data diatas maka terlihat bahwa penduduk Perdesaan lebih tinggi partisipasi kegiatan sosial kemasyarakatannya dibandingkan dengan penduduk perkotaan, namun trend yang terjadi adalah dari tahun ke tahun terjadi peningkatan untuk masing-masing jenis daerah.

 

Terkait dengan kegiatan pertunjukan/pameran seni yang dilakukan secara langsung (tidak melalui media), dibagi dengan jenis daerahnya terdapat data sebagai berikut :

 

Partisipasi menonton pertunjukan pameran seni secara langsung perkotaan : 7.84% (2009), 13.91% (2012), 21,64% (2015)

 

Partisipasi menonton pertunjukan pameran seni secara langsung perdesaan : 12.10% (2009), 20.19% (2012), 27,54% (2015)

Kesimpulan

  1. Dari konsumsi media media yang terbilang sudah mulai ditinggalkan adalah surat kabar/majalah dan radio, sedangkan televisi dan Internet mulai digunakan dengan penggunaan Internet semakin meningkat, pola peningkatan ini terjadi pada masyarakat Indonesia di Perkotaan maupun di Perdesaan dengan pelaksanaannya lebih tinggi di Daerah Perkotaan.
  2. Dari upaya untuk menjaga kesehatan dengan berolahraga baik pada pedesaan maupun perkotaan sempat mengalami penurunan sejak tahun 2003-2009 dan kembali meningkat sejak 2012 hingga 2015, pola peningkatan ini terjadi pada masyarakat Indonesia di Perkotaan maupun di Perdesaan dengan pelaksanaannya lebih tinggi di Daerah Perkotaan.
  3. Dari partisipasi kegiatan sosial kemasyarakatan masyarakat Indonesia mengejar kehidupan yang lebih maju dan moderen dengan tidak meninggalkan unsur sosial kemasyarakatannya dimana tren yang terjadi adalah terjadi peningkatan partisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan baik di perdesaan maupun di perkotaan, adapun pelaksanaan dan partisipasi yang lebih tinggi di Perdesaan dibandingkan di Perkotaan sekaligus menguatkan bahwa penduduk di Perdesaan lebih tidak individualistis dan lebih memiliki kesadaran untuk berinteraksi dalam kemasyarakatan dibandingkan penduduk perkotaan.
  4. Dengan mengasumsikan tingkat Pendidikan yang sedikit lebih baik di Perkotaan ketimbang di Pedesaan, maka pengaruh perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan yang mempengaruhi pola pikir dan perilaku manusia yang berusaha mengejar kehidupan yang lebih maju dan modern untuk menjaga kesehatannya menunjukkan pola pengaruh yang lebih kuat dimana penduduk Perkotaan yang lebih rutin mengkonsumsi media ternyata lebih aktif menjaga kebugarannya dengan tujuan menjaga kesehatan.
  5. Pola kelembagaan dalam berorganisasi yang berbeda antara penduduk Perkotaan dan Perdesaan dimana unsur dibawah Kecamatan dalam Perkotaan yang dikelola oleh Kelurahan dilaksanakan oleh Birokrasi Pegawai Negeri Sipil Profesional (sebagai profesional dan pekerjaan) yang berbeda dengan pola pengelolaan di bawah Kecamatan di Perdesaan yang dikelola oleh Kepala Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (partisipasi masyarakat desa) sedikit banyak berpengaruh dengan tingginya interaksi partisipasi kegiatan sosial kemasyarakatan di perdesaan dibandingkan dengan perkotaan.
  6. Dari partisipasi kegiatan menyaksikan kegiatan pertunjukan/pameran seni yang dilakukan secara langsung (tidak melalui media) masyarakat Indonesia mengejar kehidupan yang lebih maju dan moderen dengan tidak meninggalkan unsur sosial kemasyarakatannya dimana tren yang terjadi adalah terjadi peningkatan baik di perdesaan maupun di perkotaan, adapun angka partisipasi ini keseluruhannya berada di bawah konsumsi acara televisi yang memang lebih luas cakupannya dan dalam sifat media yang lebih moderen terlihat bahwa media yang moderen seperti televisi dan internet lebih diminati ketimbang pertunjukan yang dilaksanakan secara langsung.
  7. Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan diatas maka secara linier terjadi pergerakan yang bergerak maju yang dipengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi, hal ini mempengaruhi pola pikir dan perilaku manusia Indonesia baik di pedesaan maupun di perkotaan dan memenuhi kondisi untuk dapat disimpulkan bahwa manusia Indonesia adalah masyarakat yang moderen.
  8. Mengacu terhadap pemenuhan keseluruhan unsur yang telah tercermin dalam data yang dipaparkan diatas, maka dapat dikatakan Masyarakat Indonesia baik yang hidup di kwasan perdesaan maupun di perkotaan sudah dapat dikatakan sebagai masyarakat moderen.

Referensi

  1. Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah Kesehatan-Panduan Bagi petugas Kesehatan di Puskesmas 2011, Kementerian Kesehatan
  2. Statistik Sosial Budaya 2009, Badan Pusat Statistik
  3. Statistik Sosial Budaya 2012, Badan Pusat Statistik
  4. Statistik Sosial Budaya 2015, Badan Pusat Statistik
Exit mobile version